DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................................ 1
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN......................................................................................................... 4
II.
FITUR IPv6............................................................................................................... 5
III. KEUNGGULAN
IPv6............................................................................................. 6
IV. JENIS-
JENIS ALAMAT IPv6................................................................................ 7
V.
REPRESENTASI ALAMAT IPv6........................................................................... 12
VI. KELAS
IPv6............................................................................................................. 13
VII. PERBANDINGAN
IPv4 dengan IPv6.................................................................... 14
VIII. PENERAPAN/
IMPLEMENTASI........................................................................... 15
IX. YANG
SUDAH MENGGUNAKAN IPv6............................................................. 18
PENUTUP
I.
KESIMPULAN......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 20
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN IPv6
Alamat IP
versi 6 (sering disebut
sebagai alamat IPv6) adalah
sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP
yang menggunakan protokol
Internet versi 6. Panjang
totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4
x 1038 host komputer di seluruh dunia. Contoh alamat IPv6
adalah 21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a.
Berbeda dengan IPv4
yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total alamat yang dapat dicapainya
mencapai 4,294,967,296 alamat), alamat IPv6 memiliki panjang 128-bit. IPv4,
meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar, pada kenyataannya tidak sampai 4
miliar alamat, karena ada beberapa limitasi, sehingga implementasinya saat ini
hanya mencapai beberapa ratus juta saja. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit,
memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038
alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang
alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk
infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi
kompleksitas proses routing dan tabel routing.
IP versi 6 (IPv6) adalah protokol
Internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari Internet protocol
versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791. IPv6 yang memiliki kapasitas
address raksasa (128 bit), mendukung penyusunan address secara terstruktur,
yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing
baru yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe address anycast yang
dapat digunakanuntuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga
dilengkapi oleh mekanisme penggunaan address secara local yang memungkinkan
terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi
cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara
real-time, pemilihan provider, mobilitas host, end-to-end security, ataupun konfigurasi
otomatis.
B.
FITUR IPv6
Mengapa harus menggunakan IPv6? Karena
IPv6 menawarkan berbagai fitur unggulan, seperti :
·
Alamat yang lebih banyak
Dengan menggunakan IPv6, alamat yang
disediakan sangatlah banyak karena IPv6 menggunakan pengalamatan baru dengan
panjang 128 Bit dan terdiri atas 16 Bit blok angka yang dicatat dengan
heksadesimal (IPv4 hanya memiliki panjang 32 Bit dan dipisahkan dengan empat
node angka, masing-masing terdiri dari tiga desimal). Sebagai penjelas, IPv4
memiliki alamat sebanyak 232 atau setara dengan 4.294.967.296
buah atau 4.3 Milyar alamat. Sedangkan IPv6 memiliki alamat sebanyak 2128 atau
setara dengan 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 atau lebih
dari 340 Sektilion alamat.
·
Support Mobile Device
Kedepan, internet akan menjadi lebih
mobile dengan diterapkannya internet di semua gadget/mobile device, seperti
smartphone, PDA, laptop, bahkan alat transportasi. Dengan diterapkannya IPv6,
kita dapat menggunakan “Mobile IP” dimana setiap device yang ada memilki alamat
IP yang tetap sehingga nantinya dapat diakses dari manapun.
·
Built in Security
IPv6 secara standar sudah menyertakan
IPsec (Internet Protocol Security). IPsec menyertakan fungsi-fungsi security
dengan menerapkan autentifikasi, enskripsi, dan kompresi pada IP traffic.
Dengan menerapkan IPsec sebagai standarnya menawarkan security yang lebih baik
terhadap serangan packet sniffing, IP spoofing, dan connection
hijacking.
·
Better QoS
IPv6 menawarkan Quality of Service yang
lebih baik. Multimedia streaming dan voice transfer yang akan diterapkan
mempunyai hasil output yang lebih baik karena protokol IPv6 menentukan berbagai
nilai untuk prioritas tersebut pada setiap header paket data. Dengan adanya QoS
yang baik, protokol IPv6 ini dapat menentukan toleransi delay saat transfer
data, penggunaan bandwith efektif yang digunakan, dan berapa besarnya nilai
loss yang diperbolehkan saat mengirim paket data.
C.
KEUNGGULAN IPv6
Otomatisasi berbagai setting /
Stateless-less auto-configuration (plug&play). Alamat pada IPv4 pada
dasarnya statis terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut pada host.
Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol), tetapi hal tersebut pada IPv4
merupakan fungsi tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting
secara otomatis disediakan secara standar dan merupakan default-nya. Pada
setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan address, yaitu
setting otomatis stateless dan statefull.
1.
Setting Otomatis Statefull
Cara pengelolaan secara ketat dalam hal
range IP address yang diberikan pada host dengan menyediakan server untuk
pengelolaan keadaan IP address, dimana cara ini hampir mirip dengan cara DHCP
pada IPv4. Pada saat melakukan setting secara otomatis, informasi yang
dibutuhkan antara router, server dan host adalah ICMP (Internet Control Message
Protocol) yang telah diperluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini, termasuk pula IGMP
(Internet Group management Protocol) yang dipakai pada multicast pada IPv4.
Setting Otomatis Statefull
2.
Setting Otomatis Stateless
Pada cara ini tidak perlu menyediakan
server untuk pengelolaan dan pembagian IP address, hanya men-setting router
saja dimana host yang telah tersambung di jaringan dari router yang ada pada
jaringan tersebut memperoleh prefix dari address dari jaringan tersebut.
Kemudian host menambah pattern bit yang diperoleh dari informasi yang unik
terhadap host, lalu membuat IP address sepanjang 128 bit dan menjadikannya
sebagai IP address dari host tersebut. Pada informasi unik bagi host ini,
digunakan antara lain address MAC dari network interface. Pada setting otomatis
stateless ini dibalik kemudahan pengelolaan, pada Ethernet atau FDDI karena
perlu memberikan minimal 48 bit (sebesar address MAC) terhadap satu jaringan,
memiliki kelemahan yaitu efisiensi penggunaan alamat yang buruk.
Setting Otomatis Stateless
D.
JENIS- JENIS ALAMAT IPv6
1.
Unicast
(One-to-one)
yang menyediakan komunikasi secara point-to-point,
secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan. Digunakan untuk
komunikasi satu lawan satu, dengan menunjuk satu host.
Pada alamat unicast ini terdiri
dari :
a.
Alamat Unicast
Global
Alamat
unicast global IPv6 mirip dengan alamat publik dalam alamat IPv4.
Dikenal juga sebagai Aggregatable Global Unicast Address. Seperti
halnya alamat publik IPv4 yang dapat secara global dirujuk oleh host-host
di Internet
dengan menggunakan proses routing,
alamat ini juga mengimplementasikan hal serupa. Struktur alamat IPv6 unicast
global terbagi menjadi topologi tiga level (Public, Site, dan
Node).
Field
|
Panjang
|
Keterangan
|
001 |
3 bit
|
Berfungsi sebagai tanda pengenal alamat, bahwa
alamat ini adalah sebuah alamat IPv6 Unicast Global.
|
Top Level Aggregation Identifier (TLA ID)
|
13 bit
|
Berfungsi sebagai level tertinggi dalam hierarki
routing. TLA ID diatur oleh Internet Assigned
Numbers Authority (IANA), yang mengalokasikannya ke dalam
daftar Internet
registry, yang kemudian mengolasikan sebuah TLA ID ke
sebuah ISP global.
|
Res
|
8 bit
|
Direservasikan untuk penggunaan pada masa yang
akan datang (mungkin untuk memperluas TLA ID atau NLA ID).
|
Next Level Aggregation Identifier (NLA ID)
|
24 bit
|
Berfungsi sebagai tanda pengenal milik situs (site)
kustomer tertentu.
|
Site Level Aggregation Identifier (SLA ID)
|
16 bit
|
Mengizinkan hingga 65536 (216) subnet
dalam sebuah situs individu. SLA ID ditetapkan di dalam sebuah site.
ISP tidak dapat mengubah bagian alamat ini.
|
Interface ID
|
64 bit
|
Berfungsi sebagai alamat dari sebuah node dalam
subnet yang spesifik (yang ditentukan oleh SLA ID).
|
b.
Alamat unicast
site-local
Alamat
unicast site-local IPv6 mirip dengan alamat privat dalam IPv4. Ruang lingkup
dari sebuah alamat terdapat pada Internetwork dalam sebuah site milik sebuah
organisasi. Penggunaan alamat unicast global dan unicast site-local
dalam sebuah jaringan adalah mungkin dilakukan. Prefiks yang digunakan oleh
alamat ini adalah FEC0::/48.
Field
|
Panjang
|
Keterangan
|
111111101100000000000000000000000000000000000000
|
48 bit
|
Nilai ketetapan alamat unicast site-local
|
Subnet Identifier
|
16 bit
|
Mengizinkan hingga 65536 (216) subnet
dalam sebuah struktur subnet datar. Administrator juga dapat membagi bit-bit
yang yang memiliki nilai tinggi (high-order bit) untuk membuat sebuah
infrastruktur routing hierarkis.
|
Interface Identifier
|
64 bit
|
Berfungsi sebagai alamat dari sebuah node dalam
subnet yang spesifik
|
c.
Alamat unicast
link-local
Alamat
unicast link-local adalah alamat yang digunakan oleh host-host dalam
subnet yang sama. Alamat ini mirip dengan konfigurasi APIPA (Automatic
Private Internet Protocol Addressing) dalam sistem
operasi Microsoft
Windows XP ke atas. host-host yang berada di dalam subnet
yang sama akan menggunakan alamat-alamat ini secara otomatis agar dapat
berkomunikasi. Alamat ini juga memiliki fungsi resolusi alamat, yang disebut
dengan Neighbor Discovery.
Prefiks alamat yang digunakan oleh jenis alamat ini adalah
fe80::/64
.
Field
|
Panjang
|
Keterangan
|
1111111010000000000000000000000000000000000000000000000000000000 |
64 bit
|
Berfungsi sebagai tanda pengenal alamat unicast
link-local.
|
Interface ID
|
64 bit
|
Berfungsi sebagai alamat dari sebuah node dalam
subnet yang spesifik.
|
d.
Alamat unspecified
address
Alamat
unicast yang belum ditentukan adalah alamat yang belum ditentukan oleh
seorang administrator atau tidak menemukan sebuah DHCP Server untuk meminta
alamat. Alamat ini sama dengan alamat IPv4 yang belum ditentukan, yakni
0.0.0.0
. Nilai alamat ini
dalam IPv6 adalah 0:0:0:0:0:0:0:0
atau
dapat disingkat menjadi dua titik dua (::
).
e.
Alamat unicast
loopback
Alamat unicast loopback adalah
sebuah alamat yang digunakan untuk mekanisme interprocess
communication (IPC) dalam sebuah host.
Dalam IPv4, alamat yang ditetapkan adalah
127.0.0.1
, sementara dalam IPv6 adalah 0:0:0:0:0:0:0:1
, atau ::1
.
f.
Alamat unicast
6to4
Alamat
unicast 6to4 adalah alamat yang digunakan oleh dua host IPv4 dan
IPv6 dalam Internet
IPv4 agar dapat saling berkomunikasi. Alamat ini sering digunakan sebagai
pengganti alamat publik IPv4. Alamat ini aslinya menggunakan prefiks alamat
2002::/16
, dengan tambahan 32
bit dari alamat publik IPv4 untuk membuat sebuah prefiks dengan panjang 48-bit,
dengan format 2002:WWXX:YYZZ::/48
,
di mana WWXX
dan YYZZ
adalah representasi
dalam notasi colon-decimal format dari notasi dotted-decimal format
w.x.y.z
dari alamat
publik IPv4. Sebagai contoh alamat IPv4 157.60.91.123
diterjemahkan menjadi alamat IPv6 2002:9d3c:5b7b::/48
.
Meskipun
demikian, alamat ini sering ditulis dalam format IPv6 Unicast global address,
yakni
2002:WWXX:YYZZ:SLA ID:Interface ID
.
g.
Alamat unicast
ISATAP
Alamat Unicast ISATAP adalah sebuah
alamat yang digunakan oleh dua host IPv4 dan IPv6 dalam sebuah Intranet
IPv4 agar dapat saling berkomunikasi. Alamat ini menggabungkan prefiks alamat unicast
link-local, alamat unicast site-local atau alamat unicast global
(yang dapat berupa prefiks alamat 6to4) yang berukuran 64-bit dengan 32-bit
ISATAP Identifier (0000:5efe), lalu diikuti dengan 32-bit alamat IPv4 yang
dimiliki oleh interface atau sebuah host. Prefiks yang digunakan
dalam alamat ini dinamakan dengan subnet prefix. Meski alamat 6to4 hanya
dapat menangani alamat IPv4 publik saja, alamat ISATAP dapat menangani alamat
pribadi IPv4 dan alamat publik IPv4.
2.
Multicast
(One-to-many)
Yang digunakan untuk komunikasi satu
lawan banyak dengan menunjuk host dari group. Multicast
address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6
ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan untuk
multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk menentukan range
berlakunya. Kemudian blockcast address pada IPv4 yang alamat bagian
hostnya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam
multicast address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen yang
sama yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast address dipilih
berdasarkan range tujuan.
Field
|
Panjang
|
Keterangan
|
11111111 |
8
bit
|
Tanda
pengenal bahwa alamat ini adalah alamat multicast.
|
Flags
|
4
bit
|
Berfungsi
sebagai tanda pengenal apakah alamat ini adalah alamat transient atau bukan.
Jika nilainya 0, maka alamat ini bukan alamat transient, dan alamat ini
merujuk kepada alamat multicast yang ditetapkan secara permanen. Jika
nilainya 1, maka alamat ini adalah alamat transient.
|
Scope
|
4
bit
|
Berfungsi
untuk mengindikasikan cakupan lalu lintas multicast, seperti halnya interface-local,
link-local, site-local, organization-local atau global.
|
Group
ID
|
112
bit
|
Berfungsi
sebagai tanda pengenal group multicast
|
3.
Anycast
Yang menunjuk host dari group,
tetapi paket yang dikirim hanya pada satu host saja. Pada alamat jenis ini,
sebuah alamat diberikan pada beberapa host, untuk mendefinisikan kumpulan node.
Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini, maka router akan mengirim
paket tersebut ke host terdekat yang memiliki Anycast address sama.
Dengan kata lain, pemilik paket menyerahkan pada router tujuan yang paling
"cocok" bagi pengiriman paket tersebut. Pemakaian Anycast ini
misalnya terhadap beberapa server yang memberikan layanan seperti DNS (Domain
Name Server). Dengan memberikan Anycast alamat Address sama pada server-server
tersebut, jika ada paket yang dikirim oleh client ke alamat ini, maka router
akan memilih server yang terdekat dan mengirimkan paket tersebut ke server
tersebut. Sehingga, beban terhadap server dapat terdistribusi secara merata. Bagi
anycast ini tidak disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host diberikan
sebuah alamat yang sama, maka alamat tersebut dianggap sebagai Anycast Address.
E.
REPRESENTASI ALAMAT IPv6
Model x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa
nilai hexadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah
totalnya ada 16 * 8 = 128 bit. Contohnya adalah :
FEDC:BA98:7654:3210:FEDC:BA98:7654:3210
Jika format pengalamatan IPv6 mengandung
kumpulan group 16 bit alamat, yaitu ‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat
direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah :
FEDC:0:0:0:0:0:7654:3210
dapat direpresentasikan sebagai
FEDC::7654:3210 0:0:0:0:0:0:0:1
dapat direpresentasikan sebagai
::1
Model x:x:x:x:x:x:d.d.d.d dimana
‘d.d.d.d’ adalah alamat IPv4 semacam 167.205.25.6 yang digunakan untuk
automatic tunnelling. Contohnya adalah :
0:0:0:0:0:0:167.205.25.6 atau ::167.205.25.6
0:0:0:0:0:ffff:167.205.25.7 atau :ffff:167.205.25.7
Jadi jika sekarang anda mengakses alamat
di internet misalnya 167.205.25.6 pada saatnya nanti format tersebut
akan digantikan menjadi semacam ::ba67:080:18. Sebagaimana IPv4,
IPv6 menggunakan bit mask untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan
sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR yang digunakan
pada IPv4, misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan
bagian network bit.
Jika pada IPv4 anda mengenal pembagian
kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas
berdasarkan fomat prefix (FP) yaitu format bit awal alamat.
Misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu
hexa ‘3’ didapatkan format prefixnya untuk 4 bit awal adalah 0011 (yaitu
nilai ‘3’ hexa dalam biner).
F.
KELAS IPv6
Ada beberapa kelas IPv6 yang penting
yaitu :
1.
Aggregatable
Global Unicast Addresses : termasuk di
dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 001.
2.
Link-Local
Unicast Addresses : termasuk di
dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal
1111 1110 10.
3.
Site-Local
Unicast Addresses : termasuk di
dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal
1111 1110 11.
4. Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit
awal 1111
1111.
Pada protokol IPv4 dikenal alamat-alamat
khusus semacam 127.0.0.1 yang mengacu ke localhost, alamat ini
direpresentasikan sebagai 0:0:0:0:0:0:0:1 atau ::1 dalam protokol
IPv6.
Selain itu pada IPv6 dikenal alamat
khusus lain yaitu 0:0:0:0:0:0:0:0 yang dikenal sebagai unspecified
address yang tidak boleh diberikan sebagai pengenal pada suatu interface.
Secara garis besar format unicast address adalah sebagai berikut :
Interface ID digunakan sebagai pengenal
unik masing-masing host dalam satu subnet. Dalam penggunaannya umumnya
interface ID berjumlah 64 bits dengan format IEEE EUI-64. Jika digunakan media
ethernet yang memiliki 48 bit MAC address maka pembentukan interface ID dalam
format IEEE EUI-64 adalah sebagai berikut :
Misalkan MAC address-nya adalah
00:40:F4:C0:97:57
1.
Tambahkan 2 byte yaitu 0xFFFE di bagian
tengah alamat tersebut sehingga menjadi 00:40:F4:FF:FE:C0:97:57
2.
Komplemenkan
(ganti bit 1 ke 0 dan sebaliknya) bit kedua dari belakang pada byte awal alamat
yang terbentuk, sehingga yang dikomplemenkan adalah ‘00’ (dalam hexadesimal)
atau ‘00000000’ (dalam biner) menjadi ‘00000010’ atau ‘02’ dalam
hexadesimal.
3.
Didapatkan
interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah
0240:F4FF:FEC0:9757
G.
PERBANDINGAN IPv4 dengan IPv6
IPv4
|
IPv6
|
Alamat asal dan alamat tujuan
memiliki panjang 32 Bit (4 byte)
|
Alamat asal dan alamat tujuan
memiliki panjang 128 Bit (16 byte)
|
Dukungan terhadap IPsec bersifat
optional
|
Dukungan terhadap IPsec dibutuhkan
|
Harus dikonfigurasikan, baik
secara manual maupun dengan DHCP
|
Tidak harus dikonfigurasikan
secara manual. Bisa menggunakanaddress autoconfiguration
|
Fragmentasi dilakukan oleh
pengirim dan pada router sehingga dapat menurunkan kinerja router
|
Fragmentasi hanya dilakukan oleh
host pengirim
|
Terdapat checksum pada
header
|
Tidak ada checksum pada
header
|
Header mengandung options
|
Semua data optional dipindahkan ke
dalam extension header
|
Address Resolution Protokol (ARP)
menggunakan frame-frame broadcast ARP request untuk menterjemahkan sebuah
alamat IPv4 ke alamat link layer
|
Frame-frame ARP request diganti
dengan pesan-pesan Multicast Neighbor Solicitation
|
Digunakan IGMP (Internet Group
Management Protocol) untuk mengelola keanggotaan group pada subnet local
|
Fungsi IGMP telah digantikan oleh
Multicat Listener Discovery (MLD)
|
Harus mendukung penyusunan kembali
paket berukuran 576 byte
|
Harus bisa mendukung ukuran paket
1280 byte
|
H.
PENERAPAN/ IMPLEMENTASI
Secara garis besar implementasi IPv6
tidak dapat dengan serta merta dilakukan di semua lini end-to-end, terkait
dengan keterlibatan jumlah komunitas/organisasi yang sangat besar di Internet,
banyaknya aplikasi berbasis IPv4 yang telah digunakan, dan banyaknya bisnis
yang masih memanfaatkan IPv4. Hal yang akan terjadi adalah adanya fase transisi
secara bertahap dari IPv4 ke IPv6 dan implementasi IPv6 yang co-exist dengan
IPv4 selama renggang waktu yang tidak dapat diprediksi.
Namun demikian desain IPv6 sudah
menyertakan mekanisme transisi. Beberapa mekanisme transisi tersebut yaitu:
·
Translasi: yaitu
mekanisme implementasi yang memungkinkan komunikasi antara IPv6 dengan IPv4.
Beberapa contoh mekanisme ini adalah SIIT, NAT-PT, SOCKS 64. Tunneling yaitu
mekanisme yang memungkinkan komunikasi end-to-end IPv6 di atas jaringan IPv4
atau sebaliknya. Contoh mekanisme tunneling ini 6to4, 6 over4, Tunnel broker,
automatic tunnel.
·
Dual Stack
adalah mekanisme implementasi yang mempersyaratkan dukungan terhadap IPv6 dan
IPv4 di perangkat yang sama. IPv6 berdasarkan implementasinya dapat dibedakan
dalam 2 kelompok, yakni:
·
Implementasi di
level aplikasi yang terkait juga dengan dukungan servernya.
Pada saat ini telah terdapat beberapa aplikasi yang sudah mendukung IPv6 diantaranya aplikasi jaringan dasar (Apache: Web server, FTP, Ping, Telnet, SSH, mail) serta XML (bahasa pemrograman untuk pengembangan software), dan untuk server hampir semua Operating System versi terakhir telah mendukung IPv6 diantaranya adalah Windows XP SP1, Linux (antar lain: Fedora, Mandrake, Ubuntu), Mac OS, Sun Solaris, AIX.
Pada saat ini telah terdapat beberapa aplikasi yang sudah mendukung IPv6 diantaranya aplikasi jaringan dasar (Apache: Web server, FTP, Ping, Telnet, SSH, mail) serta XML (bahasa pemrograman untuk pengembangan software), dan untuk server hampir semua Operating System versi terakhir telah mendukung IPv6 diantaranya adalah Windows XP SP1, Linux (antar lain: Fedora, Mandrake, Ubuntu), Mac OS, Sun Solaris, AIX.
Implementasi
level jaringan IP
Untuk perangkat jaringan IP yang bekerja
di bawah layer 3 OSI (seperti hub, switch layer 2, teknologi transmisi) tidak terpengaruh
dengan implementasi IPv6, namun perangkat-perangkat yang melibatkan proses
routing dan identifikasi layer 3 OSI (seperti routing, switch layer 3) perlu
mendukung teknologi IPv6. Kedua level implementasi IPv6 di atas dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan bagi penyelenggara telekomunikasi untuk
mengimplementasikan IPv6 di dalam infrastrukturnya dan pertimbangan
pengembangan organisasi untuk implementasi IPv6.
Implementasi IPv6 di level aplikasi
Pada saat ini telah banyak aplikasi yang
dikembangkan berbasis IPv6, namun demikian belum terdapat implementasi
komersial yang market proven terkait dengan keengganan konsumen khususnya yang
menyangkut perlunya pembelajaran bagi teknologi dan investasi baru. Banyak yang
memprediksi bahwa demand/ implementasi global IPv6 muncul pada saat teknologi
wireless dapat memenuhi kebutuhan jangkauan wireless yang semakin luas, dan
dukungan bandwidth yang semakin besar (seperti WIMAX), serta penetrasi yang
semakin besar dan dukungan IPv6 pada perangkat komunikasi mobile (handphone,
PDA, notebook) serta dukungan aplikasi voice switching di atas jaringan IPv6
yang semakin mapan (standar, industri).
Terkait dengan hal tersebut bagi
penyelenggara telekomunikasi, antisipasi terhadap booming IPv6 di level
aplikasi perlu dipersiapkan dalam bentuk kemampuan upgrade IPv6 aplikasi/server
khususnya bagi aplikasi voice dan internet.
Implementasi IPv6 di level jaringan
IP
Mengacu pada rekomendasi IETF RFC 1752,
implementasi IPv6 di level jaringan IP sebaiknya dilakukan dalam bentuk upgrade
secara bertahap, implementasi secara bertahap, serta biaya awal implementasi
yang rendah, dimana hal tersebut dimaksudkan sebagai:
·
Fase pengenalan
terhadap fitur dan karakteristik dari IPv6.
·
Berorientasi
pada penghematan investasi.
·
Manajemen resiko
yang lebih baik.
Sebagai pertimbangan di dalam
implementasi IPv6, saat ini teknologi MPLS telah umum digunakan di jaringan
backbone penyelenggara telekomunikasi. Di dalam MPLS terdapat beberapa metoda
untuk mendukung IPv6, yaitu: Metoda dual stack IPv6-IPv4 CE. Pada metoda ini CE
memiliki kemampuan membentuk tunneling IPv6 di atas IPv4. PE mengenali trafik
dari CE sebagai trafik IPv4. MPLS memberikan layanan standar IP VPN layer 3
sebagai transport trafik antar site IPv6.
Booming implementasi IPv6 khususnya di
level aplikasi tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, namun dukungan industri
terhadap teknologi tersebut semakin besar (baik disisi hardware dan software).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka penyelenggara telekomunikasi perlu
mempersiapkan skenario implementasi IPv6 baik di level aplikasi maupun di level
jaringan IP. Implementasi IPv6 di level jaringan sebaiknya dilakukan dalam
bentuk upgrade secara bertahap, implementasi secara bertahap, serta biaya awal
implementasi yang rendah.
Tuneling IPv6 di atas IPv4 oleh CE
Metoda L2 VPN (VPN berbasis Layer 2
OSI). Pada metode ini, PE tidak membaca alamat IP dari CE, PE hanya menyediakan
layer 2 VPN (berbasis standar Martini, Compella atau VPLS) yang bersifat
transparan terhadap protokol trafik di layer atasnya dan dapat digunakan
sebagai transport antar site IPv6. Komunikasi antar CE menggunakan IPv6
melalui layer 2 VPN tersebut.
IPv6 di atas L2 VPN
Dual Stack model 6PE yang mengacu pada
draft-ietf-ngtrans-bgp-tunnel-04. Pada metode ini implementasi IPv6
mensyaratkan router PE mempunyai kemampuan 6PE. Antar 6PE melakukan pertukaran
informasi (reachability message) mengenai keberadaan jaringan IPv6 yang
diwakili menggunakan alamat IPv6. Routing dan identifikasi router di dalam
jaringan MPLS tetap menggunakan IPv4.
I.
YANG SUDAH MENGGUNAKAN IPv6
Ada beberapa negara maju yang sudah
mulai melaksanakan migrasi menerapkan IPv6 disamping masih menggunakan IPv4
antara lain Jepang, China, USA dan sebagian negara Eropa. Untuk di Indonesia
ada beberapa operator Telco yang sudah menerapkan penggunaan IPv6 adalah ISP
CBN dan Excelkomindo.
Dari sudut
pandang geografis, urutan pertama dalam daftar wilayah yang akan kekurangan
alokasi address IPv4 adalah kawasan Asia Pasifik dan tercatat sebagai wilayah
paling aktif dalam usaha penerapan dan penggelaran IPv6. Pemerintah Negara
Jepang dan Korea telah memberikan dukungan kebijakan dan financial yang besar
dalam penggelaran IPv6 dikawasan ini dan pengembangan teknologi serta layanan
oleh perusahaa-perusahaan di kedua Negara tersebut. Pemerintah China saat ini
sedang melakukan penggelaran network IPv6 dalam skala besar untuk
mengantisipasi kebutuhan layanan dan konektivitas IPv6 dinegaranya.
Sebagai tambahan atas sudut pandang geografis
seperti diatas, beberapa layanan telekomunikasi tertentu menempati urutan
pertama dalam penerapan teknologi IPv6. Pertama, standard UMTS (Universal
Mobile Telecommunication Systems) atau lebih sering disebut 3G+, menetapkan
penggunaan koneksi IPv6 untuk mendapatkan layanan Multimedia. Pada dasarnya,
layanan telekomunikasi apapun yang menggunakan IP address dalam konektivitasnya
akan mendapatkan kemudahan dengan memanfaatkan IPv6 ini.
Terimakasih gan penjelasan dalam artikelnya
BalasHapusmoga bertambah ilmunya dan manfaat